4 Tanamkan terus pikiran dan sikap pengendalian diri yang baik, sehingga kita mudah member maaf kepada orang lain dan tidak cepat marah ataupun putus asa. 5. Selalulah berpikir yang baik dan benar, sehingga nafsu atau keinginan buruk yang timbul karena pengaruh lingkungan dan panca indriya, dapat ditiadakan. 6.
Sebagaicabang ilmu, jenis ilmu ini disebut Nitisastra atau Rajadharma atau pula Dandaniti. Ada beberapa buku yang dikodifikasikan ke dalam jenis ini adalah kitab Usana, Nitisara, Sukraniti dan Arthasastra. Hal inilah yang perlu diperhatikan dan dihayati untuk dapat mengenal isi Weda secara sempurna. Tuntunan Dasar Agama Hindu (milik
Dengandemikian, pada hakekatnya agama Hindu merupakan lebih dari sekedar beragama atau agama biasa dalam arti tradisional. Banyak ilmu yang masih perlu dan yang dapat kita pelajari dan kembangkan untuk dapat diabadikan bagi kepentingan pembangunan, sebagai bentuk pelayanan yang tulus dan ikhlas. *(070722) Semoga berguna,
Pancatantra: Kisah Hewan dan Manusia Bijaksana dari India. Pernahkah kita melihat orang yang sulit diajari sesuatu?Pastilah mengesalkan jika menghadapi orang seperti itu. Tapi tunggu dulu, orang itu belum tentu tidak mengerti karena mereka memiliki kekurangan untuk memahami, tapi bisa saja salah kita yang menjelaskan terlalu rumit,terlalu
Kitatidak perlu kuatir di dalam hidup karena kita percaya bahwa Tuhan itu memelihara hidup anak-anak-Nya dengan berkecukupan, meskipun demikian Tuhan tetap menuntut kita untuk terus bekerja (lihat ayat 34 yang sering dilupakan, "Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri.
OlehSebab itu, penyusunan buku Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU), khususnya di bidang Pendidikan Agama Hindu, adalah salah satu bagian yang ditempuh untuk memenuhi harapan peningkatan penerapan pembelajaran di tingkat Perguruan Tinggi Umum, yang penyusunannya disesuaikan dengan sistem kurikulum 2013. Atas usaha inilah maka buku ini disusun sebagai
IEywm. Kewajiban generasi muda adalah melestarikan warisan dari para pendahulunya, warisan Ilmu dan budaya yang bermanfaat bagi kehidupan ini. Negeri Eropah, Cina, India, Jepang adalah negara-negara yang sangat menghormati pendahulunya, mereka rajin mendokumentasikan pernik-pernik ilmu dan budaya sehingga bisa diwarisi hingga kini. Dalam bidang manajemen, negeri kita cukup kaya dengan warisan ajaran-ajaran mulia tentang kepemimpinan. Tidak heran bila negeri ini ratusan tahun silam disegani di manca negara sebagai negara yang kuat, negara besar, negara yang maju peradabannya. Berbicara mengenai kempemimpinan/leadership kita tidak lepas dari dua kata kapabilitas kemampuan dan akseptabilitas diterima. Pada dasarnya hanya ada dua pilihan bila kita hidup dalam suatu perkumpulan, yakni sebagai Pemimpin atau sebagai yang dipimpin yang lazim di sebut anggota. Sebagai anggota yang baik, kita harus memiliki loyalitas, patuh dan taat pada perintah atasan sebagai pemimpin dan rela berkorban serta bekerja keras untuk mendukung atasan dalam pencapaian tujuan yang dalam ajaran agama Hindu, disebut Satya Bela Bhakti Prabhu. Sedangkan sebagai pemimpin, harus mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk memimpin kapabilitas serta dapat diterima oleh yang dipimpin ataupun atasannya akseptabel. Kemampuan dalam arti mampu memimpin, mampu mengorbankan diri demi tujuan yang ingin dicapai, baik korban waktu, tenaga, materi dll serta dapat diterima, dalam arti dapat dipercaya oleh anggota masyarakatnya dan pejabat yang di atasnya. Untuk suksesnya pencapaian tujuan suatu perkumpulan, sangat tergantung dari proses kerjasama dan rasa saling membutuhkan antara anggota dengan Kitab Niti Sastra Bab I sloka 10, hubungan erat antara pemimpin dan anggota diibaratkan seperti hubungan Singa dengan hutan, sebagai berikut “Singa adalah penjaga hutan. Hutan pun selalu melindungi Singa, Singa dan hutan harus selalu saling melindungi dan bekerjasama. Bila tidak atau berselisih, maka hutan akan hancur dirusak manusia, pohon-pohonnya akan habis dan gundul ditebang, hal ini membuat singa kehilangan tempat bersembunyi, sehingga ia bermukim dijurang atau dilapangan yang akhirnya musnah diburu dan diserang manusia.” Hubungan kerja sama yang saling membutuhkan ibaratnya “Singa dengan Hutan” perlu diterapkan oleh pemimpin dan masyarakatnya, sehingga dapat sukses dalam mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Tidak ada pemimpin yang sukses tanpa didukung masyarakatnya, demikian sebaliknya. Kriteria kepemimpinan menurut Pustaka Niti Sastra Abhikamika Pemimpin harus tampil simpatik, berorientasi ke bawah dan mengutamakan kepentingan rakyat banyak dari pada kepentingan pribadi atau golongannya. Prajna Pemimpin harus bersikap arif dan bijaksana dan menguasai ilmu pengetahuan teknologi, agama serta dapat dijadikan panutan bagi rakyatnya. Utsaha Pemimpin harus proaktif, berinisiatif, kreatif dan inovatif pelopor pembaharuan serta rela mengabdi tanpa pamrih untuk kesejahteraan rakyat. Atma Sampad Pemimpin mempunyai kepribadian berintegritas tinggi, moral yang luhur serta obyektif dan mempunyai wawasan yang jauh ke masa depan demi kemajuan bangsanya. Sakya Samanta Pemimpin sebagai fungsi kontrol mampu mengawasi bawahan efektif, efisien dan ekonomis dan berani menindak secara adil bagi yang bersalah tanpa pilih kasih/tegas. Aksudra Pari Sakta Pemimpin harus akomodatif, mampu memadukan perbedaan dengan permusyawaratan dan pandai berdiplomasi, menyerap aspirasi bawahan dan rakyatnya. Saat ini negeri kita mangalami krisis para pemimpin sejati, yang bener-benar memimpin menggunakan logika dan hati, menggunakan keahliannya memimpin guna mewujudkan tujuan bersama yaitu kemakmuran dan sejahteraan bersama. Mudah-mudahan dengan semakin tingginya perkembangan teknologi yang memudahkan kita dan generasi muda untuk mengakses segala informasi dan ilmu, bisa dimanfatkan untuk menghasilkan para pemimpin sejati. Belajar dari sejarah, menghargai warisan leluhur untuk terus mengembangkan ilmu dan kebudayaan pada tataran yang mumpuni sehingga senantiasa disegani oleh setiap pendatang dan setiap bangsa maupun negara di dunia ini maupun di dunia lain. Ditulis dalam Manajemen, Religi
El día que descubrí por qué quiero ser maestra Convertirse en maestra es una profesión docente codiciada por muchos. Pero, ¿Cuántas personas se preguntan realmente por qué quieren enseñar? ¿Quién investiga realmente las razones de este deseo? Es por ello, que en esta oportunidad desde Euroinnova queremos hablar de este tema y al igual que yo descubrir por qué quiero ser maestra ¡Continúa leyendo!Sería bueno, ya respondida la pregunta de por qué quiero ser maestra y decidí ser docente, comprender las razones profundas que la sustentan. Ciertamente, una vez que se consigue la titularidad, la profesión docente puede proporcionar cierta seguridad y estabilidad económica. Sin embargo, ésta no puede ni debe ser la única razón para dedicarse a estudiar esta carrera. ¡Conoce con nosotros muchas más razones!¿Qué encontrarás aquí?1. El día que descubrí por qué quiero ser ¿Por qué quiero ser maestra? Formar la conciencia y la cultura de los La idea de enseñar te llena de Estar con niños y Hacer que los demás Cambio de puntos de Amor por el estudio y el Mejorar el Gratificación y recuerdo de los Especialista en Educación2. Cursos especializados en Educación¿Por qué quiero ser maestra?Me gustaría empezar este post respondiendo a la pregunta que me hace todo el mundo, amigos, conocidos, padres y amigas ¿pero por qué quieres ser maestra? Veamos las principales razones para querer iniciar el camino a la la conciencia y la cultura de los jóvenesLa enseñanza no sólo permite transmitir las nociones impuestas por el currículo escolar, sino también otro tipo de enseñanzas, desde la educación social en la etapa del preescolar hasta la convivencia con los demás, desde la actualidad hasta la política. Por lo tanto, enseñar también significa educar a las nuevas idea de enseñar te llena de alegríaSi solo la idea de entrar en la escuela, pasar lista, explicar y enfrentarse a los alumnos desde la educación primaria te entusiasma, sin duda esta es una profesión para ti, porque serás feliz cada día que vayas a trabajar. Esta es la causa por que quiero ser con niños y jóvenesLa enseñanza te permite estar en contacto diario con mentes jóvenes, lo que contribuye al enriquecimiento humano y profesional. La compañía de niños y jóvenes es un estímulo continuo y permite aprender cosas nuevas cada vez, no sólo que los demás aprendanEnseñar a otros algo nuevo puede ser muy gratificante, ya que nos permite transmitir nuestros conocimientos y recibir retroalimentación a de puntos de vistaSer profesor te obliga a ponerte en juego constantemente, a enfrentarte a opiniones y visiones diferentes, sobre todo de los más jóvenes. Por ello, es una gran fuente de enriquecimiento humano y por el estudio y el conocimientoEn cualquier profesión nunca se deja de aprender, pero en la profesión docente aún más. Entre cursos de formación, cursos de actualización y, sobre todo, la preparación de las clases, cada día incluye un nuevo descubrimiento y el aprendizaje de cosas nuevas. Esta es otra de las causas o la causa por que quiero ser el mundoSe trata sin duda de una afirmación importante, pero bien fundamentada, porque contribuir a la educación inicial de las nuevas generaciones permite que éstas estén mejor formadas y, por tanto, que se forme en ellas una conciencia cívica y social mejor que la de quienes les y recuerdo de los alumnos ¿Quién no se acuerda de un determinado profesor, incluso cuando ya es mayor? Los profesores forman parte de nuestra formación humana y son una figura muy importante en la era del finalizar, Ser maestra es una experiencia para disfrutarla todos los días. Esta carrera docente, es una vocación y un proyecto de vida, que tiene muchas grandes responsabilidades que deben ser asumidas desde el profesionalismo y te interesa ser también Maestra te invitamos a que formes parte de Euroinnova, donde tenemos muchas opciones formativas en el campo de la educación.¡Busca nuestros links y se parte de esta gran familia!Especialista en EducaciónUna de las mejores formas que tenemos los seres humanos para seguir desarrollando nuestros aprendizajes es mediante los nuevos conocimientos, por lo que la Escuela de Negocios Euroinnova resulta la opción ideal para ello. Cuenta con este Curso de formación en Auxiliar de Educación Infantil que tiene una duración de 200 horas y una de sus ventajas más claras es que cuenta con la modalidad a distancia Online Siendo el inicio y la respuesta a la pregunta de por qué quiero ser maestra que te haces siempre.¡Comienza hoy mismo! Cursos especializados en Educación
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pernahkah kita bertanya-tanya sendiri kenapa sih kita harus sekolah dan membaca buku? Bukankah terkadang semua itu terasa membosankan? Dan dalam kehidupan sehari-hari, kita juga sering mendengar istilah "belajar dari pengalaman" atau "belajar dari lingkungan" dan sebagainya. Seakan-akan kita semua tidak pernah lepas dari kata belajar. Sebenarnya, seberapa penting kebutuhan belajar bagi manusia? Barangkali ada orang yang berpendapat bahwa lebih penting bekerja daripada belajar. Atau bagi anak-anak, bermain adalah hal yang lebih menarik daripada belajar. Betul betul betul?Sebelum pertanyaan di atas terjawab, mari kita pahami dulu definisi kata belajar. Menurut Gagne 1977 dalam buku yang ditulis oleh Suyono & Harianto 2014, belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia, seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya, yaitu peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja. Dari definisi tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa pada hakikatnya belajar dilakukan untuk mencapai perubahan. Bagaimana bisa belajar berhubungan dengan kata berubah?Coba kita ingat kembali saat masih duduk di bangku taman kanak-kanak. Dulu kita sangat kesulitan mengucap huruf "R". Seiring waktu berjalan, lama-lama kita mampu melafalkannya dengan baik hingga sekarang. Nah, itulah perubahan yang terjadi pada diri kita saat belajar berbicara. Kita semua akan dikatakan belajar apabila sudah mengalami perubahan, dari yang belum tahu menjadi tahu, belum mengerti menjadi paham, dan belum bisa menjadi bisa. Dalam kehidupan sehari-hari kita harus melakukan berbagai aktivitas demi mencapai suatu tujuan tertentu. Ketika melakukannya, tentu banyak hal yang belum kita ketahui bagaimana cara maupun penyelesaiannya. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai "masalah". Nah, belajar juga membantu kita dalam memecahkan masalah. Contoh kecilnya, ketika kita ingin menonton acara televisi, maka kita harus mengerti cara menghidupkannya terlebih dahulu. Untuk itu, seseorang perlu membaca buku panduan atau mencoba sendiri agar masalahnya terselesaikan. Dengan demikian, kita belajar menghidupkan televisi karena kita memiliki masalah dalam menghidupkannya. Di samping itu, kita semua tahu bahwa manusia memiliki dua kecenderungan, yaitu sisi positif dan negatif. Kecenderungan positif yang dimiliki oleh manusia akan sejalan dengan kemampuan berpikirnya. Sedangkan, kecenderungan yang bersifat negatif akan menghalangi manusia untuk terus berpikir. Rupanya pengetahuan yang telah dimiliki manusia tidak cukup untuk membersihkan halangan dan rintangan yang ada, baik sebelum maupun setelah proses belajar. Untuk mengetahui dan menghilangkan halangan ini tentu mengharuskan manusia harus terus belajar dan mencari pengetahuan agar dapat memahami mana yang benar dan yang last but not least, Allah SWT telah menurunkan kalam-Nya tentang betapa pentingnya belajar dalam hal ini membaca bagi seluruh umat manusia. Bahkan perintah tersebut diturunkan pertama kali kepada Rasulullah SAW, yakni QS. Al-'Alaq ayat 1-5. Ini menunjukkan betapa pentingnya menuntut ilmu bagi kita. Ayat tersebut berisi perintah kepada seluruh ciptaan-Nya untuk iqro'membaca dengan menyebut nama-Nya, Sang Pencipta Alam Semesta. Dalam bahasa Arab, Iqro'merupakan bentuk kalimat perintah yang mengindikasikan bahwa perbuatan tersebut harus segera dilaksanakan dimasa yang akan datang tanpa ada batas berbagai hadits dan maqolah pun kita juga sering mendengar tentang pentingnya belajar. Seperti contohnya "Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim", "Tuntutlah ilmu hingga ke negeri China", dan sebagainya. Bahkan dalam kitab Bihar al Anwar juga dijelaskan bahwa belajar menuntut ilmu lebih afdhal dibandingkan dengan beribadah. Dalam konteksnya, untuk mendapat manfaat yang lebih baik tentu manusia harus beribadah secara terus menerus, sehingga manusia pun seharusnya senantiasa menuntut ilmu hingga akhir hayat agar mendapat manfaat yang baik pula. Bahkan dalam sebuah kitab juga disebutkan bahwa kesempurnaan agama terletak pada bagaimana seseorang menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu tersebut. Dikatakan pula bahwa menuntut ilmu lebih wajib ketimbang mencari nafkah. Karena menuntut ilmu dan mengamalkannya lebih penting daripada mencari nafkah, maka menuntut ilmu tidak akan pernah selesai hingga jasad ditinggalkan jiwa. Lihat Humaniora Selengkapnya
1. Jelaskan arti kata Niti Sastra? 2. Jelaskan mengapa kita perlu belajar Nitisastra 3. Apakah yang di maksud dengan Asta Bratha? 4. Siapakah Pemimpin itu? 5. Bagaimana sebaiknya hubungan antaraa Pemimpin dengan yang dipimpin? 6. Jelaskan apa yang akan terjadi bila masyarakat tanpa pemimpin? 7. Apakah yang di maksud dengan Sadwarnaning Rajaniti itu? 8. Sebutkan dan jelaskan bagian Sadwarnaning Rajaniti ? pengertian Panca Upaya Sandhi? pengertian Nawanatya dan jelaskan? SELAMAT MENGERJAKAN
Hoy en día, en el contexto de la escuela surgen diversos factores de estrés, como las barreras que muchos niños perciben para lograr aquello que se les solicita, lo que termina por traducirse en una falta de confianza en sus capacidades para poder aprender. A través de una charla, la neuropsiquiatra Amanda Céspedes enseña a detectar y prevenir el estrés, explicando en qué consiste, cómo se manifiesta y por qué impide que nuestros niños aprendan. Junto a ello, nos ofrece las claves para lograr aprendizajes sólidos. ¿Qué es aprender? Aprender es adaptarse a un mundo que cambia y nos desafía constantemente. Aprendemos desde que nacemos. El recién nacido aprende durmiendo y al crecer va adquiriendo aprendizajes informales. Llega un momento en que accede a un aprendizaje formal o escolar, que de alguna manera nos desafía y obliga a adaptarnos. Desde el punto de vista neuronal, aprender se traduce en redes neuronales que se van haciendo más complejas y sofisticadas. La base de ir haciendo redes es la sinapsis, que es cuando dos neuronas hacen contacto. No basta con hacer sinapsis, sino que se requieren buenas sinapsis. Por ello, la clave de los aprendizajes sólidos radica en saber conectar entre sí adecuadamente las neuronas y favorecer la formación de mielina. Desde el punto de vista neuropsicológico, aprender es lograr una meta. Esto tiene 2 etapas la expectativa no lo sé y la recompensa lo logré. Esta pasión por aprender requiere de algunas condiciones. Una de ellas es sentirse capaz de aprender, y en ese sentido vemos muchos niños que no aprenden porque los hemos convencido de que no son capaces, y eso es un factor de estrés en la vida de los niños. ¿Qué es la mielina? Es un material formado por agua, proteínas y sustancias grasas que recubre los axones o fibras largas de las neuronas en el cerebro y la médula espinal, aumentando la velocidad de transmisión de los impulsos nerviosos. Con menos mielina, los impulsos se vuelven más lentos afectando las funciones cognitivas, motrices y sensoriales. El 70% de la mielina se forma antes de los 5 años y el 30% restante entre los 7 y los 25 años. Por eso el abuso de alcohol es tan grave en adolescentes, ya que destruye la mielina; por ende, influye en la inteligencia. Entre los factores que favorecen la producción de mielina están Información genética. Alimentación lactancia materna y alimentos que contengan grasas omega tres. Experiencias motoras movimiento, música, manualidades. Afectividad en los cuidados básicos. ¿Qué es el estrés? La vida no es siempre amable y a veces ocurren situaciones negativas. Cuando las demandas de la vida nos sobrepasan y se convierten en amenazantes hablamos de estrés, es decir, cuando se desbordan los recursos de afrontamiento. Hay dos tipos de estrés que dañan el organismo el estrés implacable guerras, desplazados, accidentes, cataclismos, asaltos y el estrés crónico miseria, negligencia afectiva, maltrato, abuso, inseguridad ciudadana, disfunción familiar. Cuando el estrés es pasajero puede no ser tan dañino, pero cuando se queda con nosotros se produce el gran problema. El estrés afecta 5 áreas mente, cuerpo, sistema inmune, sistema hormonal y conducta. Algunas señales que nos avisan de estrés son Ideas obsesivas Alergias prolongadas Conducta oposicionista Irritabilidad Dolores abdominales, cefaleas Desórdenes hormonales Trastornos del sueño ¿Cuál es la relación entre el estrés y el aprendizaje? Al sufrir estrés vamos a liberar adrenalina y cortisol. La adrenalina es el mensajero de la ansiedad y el miedo. El cortisol es el que provoca una alarma general de todo nuestro organismo, que nosotros vivenciamos como terror o pánico. El cortisol es muy corrosivo, y a menor edad del niño, es más corrosivo aún. Daña las estructuras encargadas de la armonía emocional, indispensables para aprender, que favorecen el aprendizaje, que están bajo la corteza cerebral y son muy delicadas. El cortisol afecta también las dendritas o ramificaciones de las neuronas de la corteza, encargadas de hacer sinapsis, las que son clave para que se establezca una red y se favorezca el aprendizaje. Por ende, el estrés impide aprender. ¿Cómo se combate el estrés? Los neurotróficos son agentes químicos encargados del crecimiento y supervivencia de las neuronas durante el desarrollo. También mantienen la funcionalidad de las neuronas maduras y reparan las neuronas dañadas. Entonces, para protegerse del estrés debemos producir neurotróficos, como la dopamina se libera al reír, jugar, estar en movimiento, estar acompañados en la naturaleza, serotonina se libera con la música, arte libre, contacto a solas con la naturaleza, meditación, pilates, mindfulness y la oxitoxina se libera con los abrazos afectuosos, masajes, las manos unidas, la mirada y voz suave y cariñosa, la ternura, el beso. Mientras más sustancias beneficiosas producimos, más protegidos estaremos contra el estrés. Y en el caso de los niños, vamos a favorecer el aprendizaje. ¿Qué beneficios se logran con estos tres elementos? Cuando liberamos mucha dopamina en condiciones naturales se estimula la creatividad y el deseo de aprender. Con la serotonina se produce sosiego en nuestro interior; se abren nuestros canales mentales a la apreciación de los bello; se favorece nuestra conexión con lo sagrado y la trascendencia; estimula la búsqueda de la armonía, el llevarnos bien los unos con los otros. Cuando estamos ansiosos la serotonina nos calma sin tener que recurrir a fármacos. Con la oxitocina se favorece la producción de serotonina, por lo cual también se le considera un ansiolítico natural. También borra los aspectos dolorosos de las experiencias y amplifica los aspectos positivos; estimula la afiliación, por lo que se le ha llamado la hormona del amor. ¿Cómo crear una atmósfera para proteger a los niños del estrés? Aceptación sin condiciones. Respeto. Valoración, estímulo, reconocimiento. Comunicación afectiva. Protección. Amor explícito. Otras notas relacionadas
mengapa kita perlu belajar nitisastra